VIVAnews - Angka bunuh diri di Jepang meningkat 20 persen pada tahun 2010. Terbanyak, mereka yang bunuh diri adalah para pengangguran yang putus asa karena tidak juga mendapat kerja.
Laporan ini dikeluarkan oleh kepolisian nasional Jepang (NPA) sebagai bagian dari studi bunuh diri tahunan, dilansir dari laman CNN, Kamis, 3 Maret 2011.
Pada laporan itu, pada tahun 2010 terdapat sebanyak 424 orang yang bunuh diri karena tidak mendapatkan pekerjaan. Sebelumnya, pada 2009, angka bunuh diri pengangguran adalah 354.
Laporan NPA menyebutkan para pengangguran yang bunuh diri kebanyakan adalah mahasiswa atau sarjana. Pada 2009, angka mahasiswa pengangguran bunuh diri mencapai 23 orang. Angka ini bertambah pada 2010 dengan 53 orang, 130 persen lebih banyak.
Selain pengangguran putus asa, NPA menyebutkan angka bunuh diri pada para penjaga anak atau baby sitter juga meningkat. Pada tahun 2010, angka baby sitter yang bunuh diri sebanyak 157 orang, meningkat 44 persen dari tahun sebelumnya.
Jepang merupakan salah satu negara dengan angkat bunuh diri tertinggi di dunia. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan mengatakan angka bunuh diri di Jepang mencapai hingga 30 ribu orang per tahunnya, selama 13 tahun berturut-turut.
Angka ini dinilai sangat mengkhawatirkan karena menyumbang hingga 3,5 persen penurunan populasi di Jepang yang mencapai 127 juta orang. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menjadikan upaya untuk menekan angka bunuh diri sebagai prioritas pada pemerintahannya. Sebelumnya, Naoto Kan mengatakan, dia bertujuan mengurangi faktor-faktor yang membuat rakyat tidak bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar